Kamis, 10 Juli 2008

REKOLEKSI A LA MENOREH

Sabtu, 5 Juli 2008. Riko dan aku bersama dengan 6 seminaris dari Seminari Marianum, Stella Maris dan Mertoyudan yang berasal dari Paroki Boro dan Promasan, share dreams. Di salah satu kapel di Kompleks Sendang Sono, kami ber-8 saling membagi impian-impian kami sebagai pribadi yang dipanggil Allah. Dari situ aku semakin menemukan panggilanku sendiri, melihat dengan jelas benang merah perjalanan hidupku dan bagaimana Allah memanggilku.

Aku memberi pengantar dulu untuk para seminaris agar mereka merumuskan impian-impian mereka yang ternyata memang tidak mudah. Impian harus realistis, reachable, measurable, spesifik dan ada batas waktunya. Tanpa impian-impian manusia hanya akan mengalir seperti air tanpa arah yang pasti. Kelemahan generasi Indonesia adalah kelemahan sangat mendasar: tidak punya impian, tidak punya sesuatu yang mendorongnya untuk berusaha dan berhasil.

Setelah impian-impian dirumuskan maka bacalah Markus 11: 23-25. Di situlah rahasianya dan syaranya agar impian-impian tercapai. Minta - percaya - merasa sudah menerima. Menjadi - melakukan - mempunyai.

Begitulah. Rekoleksi singkat itu merupakan bagian dari Bakti Sosial dan Pemberian Bea Siswa teman-temanku dari Jakarta kepada masyarakat di Menoreh.
Ketika di Gorolangu aku melihat, seorang bapak menghitung uang beasiswa anaknya yang jumlahnya tentu sangat sedikit itu. Di wajahnya aku melihat DIA berkata kepadaku, "I have a plan for you."