Senin, 05 November 2007

PENGALAMAN ROHANI

PENEGUHAN PANGGILAN

Sabtu, 24 Februari 2007

DI GUA MARIA JATININGSIH

Aku berangkat dari rumah Solo sekitar jam 08:00 WIB. Setelah mengantar Fina ke sekolahan aku langsung menuju kantor untuk sejenak melihat kegiatan kerja lembur hari Sabtu. Kiky [ Prod. Manager ] yang semula ingin ikut aku tidak jadi ikut. Aku berangkat sendiri ke Balong.

Sejak semula aku memang ingin mampir dulu ke Gua Maria Jatiningsih, Klepu, Sleman. Perjalanan ke arah kampungku dari Yogyakarta melewati Klepu. Ada sesuatu yang mendorongku untuk ke sana dan untuk pulang kampung menengok orang tua yang sudah lama tidak aku tengok. Aku merasa tidak begitu damai dan ada perasaan mengganjal dalam hatiku.

Sejak setelah lepas dari kota Yogya sampai ke pertigaan menuju ke Gua Maria aku mencucurkan air mata. Aku melihat betapa besar cinta Allah kepadaku dan kepada orang-orang yang aku kenal selama ini bersamaku untuk belajar berdoa dan mendekatkan diri padaNya. “Aku tidak tahu”, itu kataku. Aku tidak tahu akan keagungan cinta kasih Allah kepada manusia yang lemah dan berdosa ini. Tapi aku merasa Allah memakai mataku untuk melihat mereka yang Ia cintai. Dia memakai telingaku untuk mendengar keluhan dan jeritan mereka yang ingin dekat denganNya. Allah ingin memakai mulutku untuk mengatakan sesuatu untuk membantu mereka yang berbeban berat dan kesulitan untuk mengampuni dan mencintai, untuk menjadi lebih dekat dengan Yesus.

Aku adalah manusia berdosa yang telah dididik secara khusus olehNya dalam hal berdoa meditasi dan kontemplasi. Lebih dari itu aku adalah orang yang berdosa yang pernah mengalami disembuhkan dari luka-luka batin dan merasakan kebebasan batin. Sekarang ini aku didorong sangat kuat untuk menularkan apa yang pernah kualami agar semakin banyak orang mengalami juga kebebasan batin sehingga mudah untuk bersikap lepas bebas.

Begitu mobil kuparkir aku teringat dulu ketika aku masih di kelas 3 seminari pernah mengalami pengalaman luar biasa di Gua Maria ini. Waktu itu aku akan dimarahi ibuku bersama dengan pacarku di rumah. Sesaat sebelum aku mengalami itu aku ke Gua Maria ini dan di depan patung Bunda Maria aku merasakan getaran hebat bahwa akan ada sesuatu yang terjadi.

Tidak banyak peziarah yang ada di lingkungan Gua Maria siang itu. Aku duduk di dekat tiang rumah depan Gua Maria. Aku mulai dengan menyerahkan seluruh diriku; pikiranku; hatiku; kehendakku; ingatanku; perasaanku; mataku; telingaku; mulutku; otakku. Semuanya adalah anugerah Allah, keserahkan padaNya agar Allah memakai sesuai kehendakNya. Aku telah dididik dan dipersiapkan untuk melakukan sesuatu, aku sudah siap untuk melakukan apa saja yang memang aku mampu lakukan seperti yang Ia kehendaki. Aku tidak kuatir akan apa yang harus aku makan dan minum. Tuhan akan mencukupi semuanya untukku.

Dengan air mata penuh iman dan keyakinan, aku serahkan diriku dan Bapa di surga mendengarnya. Aku yakin Allah mendengarkan persembahanku. Maka aku pun pergi ke kran untuk membasuh muka sambil memandang salib besar di atasku. Aku yakin benar bahwa Yesus yang bangkit adalah Tuhan yang hidup. Roh Yesus ingin agar aku berbuat. Kubasuh mataku, telingaku, mulutku sambil aku ucapkan “kuserahkan mataku agar Engkau pakai, kuserahkan telingaku agar Engkau pakai, kuserahkan mulutku agar Engkau pakai.”

Lalu aku ke depan patung Bunda Maria. Aku ambil gambar dengan HP Nokiaku. Aku fokuskan ke tengah dan ketika ku pencet tombol ambil gambar terekam sebetuk “penampakan” di tengah-tengah layar HP. Aku senang bahwa aku pasti telah menangkap “penampakan” di gambar yang terekam. Sekejap kemudian ketika seluruh badan dan jiwaku bergetar sambil mengamati “gambar” itu , “gambar” itu pun lenyap seakan terbang dari layar HP ku. Gambar yang terekam tinggal gambar Gua Maria dan Patung Bunda Maria. Sebentuk “penampakan” itu pergi dari depan layar HP. Aku hanya sempat sekejap melihatnya, tidak dapat mengatakan bentuk apa itu. Sepertinya itu adalah “sesuatu” yang bergerak cepat tertangkap oleh jepretan kamera. Tapi mengapa “gambar” itu setelah tertangkap di layar lalu hilang lagi seperti terbang dari layar HP?

Setelah itu aku mengambil dua gambar lagi dan aku merasakan terpenuhi oleh beban amat berat. Aku megap-megap. Aku tarik nafas panjang-panjang. Aku merasakan bahwa itu benar-benar Yesus atau Bunda Maria yang ingin meneguhkan niatku untuk menyerahkan diri.

Dalam perjalanan pulang ke arah Balong aku terus mencucurkan air mata. Aku menyadari betapa orang berdosa seperti aku ini boleh mengalami “penampakan” itu. Di tempat yang agak datar di tanjakan aku berhenti menata apa yang sebenarnya kualami. Aku melihat orang gila ada di gardu. Lalu aku menghentikan gejolak perasaanku dan menenangkan diri. Dari sini aku merasakan peneguhan luar biasa bahwa Tuhan ingin agar aku membantu orang untuk bisa mengampuni, untuk bisa mencintai dengan tulus, untuk bisa menerima kenyataan sehingga tidak stres menghadapi kesulitan hidup.

Itu yang memang sudah sejak lama aku cita-citakan dan aku memang dipersiapkan sejak kecil untuk itu. Aku dididik sedemikian lama untuk menjadi seorang pastor, tapi Tuhan membalikkan tujuan itu untuk sesuatu yang lain. Bukan sebagai seorang imam tapi awam yang dari pengalamannya sendiri membantu orang lain untuk menjadi lebih dekat dengan Tuhan yang maha kasih.

Aku menjadi sangat damai. Dalam sekali. Aku ingin mencintai dengan sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya aku mampu mencintai sebagai manusia. Selama ini aku yakin bahwa hanya orang yang sangat suci saja yang akan di”tampaki” oleh Roh Kristus yang telah bangkit. Ternyata Allah adalah Allah yang mahakuasa. Allah bisa menampakkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Kepada Saulus yang sangat membenci umatNya saja Dia berkenan menampakkan diri. Kepada orang yang sangat lemah dan berdosa seperti aku Dia berkenan memberikan tanda-tanda yang amat jelas kutangkap dengan mata ragawiku.

Aku ingin hanya bercerita kepada bapakku, orang yang menurutku sangat dekat dengan Allah. Aku hanya akan mengatakan bahwa mulai saat ini Tuhan akan sering menggunakan mulutku untuk berbicara agar banyak orang mendengar suaraku. Dan aku juga akan menceritakan pengalaman ini kepadanya.

Aku memang dilahirkan di antara orang tuaku di kampung halamanku itu. Di antara pohon, sungai-sungai, bukit-bukit dan tebing-tebing pegunungan Menoreh, aku dibesarkan. Tapi sejak kecil aku sudah tahu bahwa aku punya kelebihan dalam hal iman ini. Tuhan ingin agar aku membantu orang lain untuk sembuh dari luka-luka batinya dan menjadi manusia yang memiliki kebebasan batin.

Aku berencana mengajari beberapa orang untuk bisa membantu hal yang sama.

Dari apa yang kualami selanjutnya dan dari keadaan hatiku sampai saat ini, aku yakin dengan penuh iman bahwa yang aku alami di Gua Maria Jatiningsih adalah benar-benar dari Roh baik. Aku diteguhkan akan panggilan hidupku di hadapan Allah, sebagai manusia yang diciptakan dengan penuh cinta oleh Allah. Aku diajak untuk menunjukkan kepada semakin banyak jiwa bahwa Allah sungguh mencintai mereka.

Aku telah melepaskan semua kutuk yang pernah aku lontarkan kepada orang lain. Aku memaafkan semua kesalahan orang-orang. Aku menjadi hati yang baru dengan rahmat kasih yang besar untuk mencintai semampunya aku mencintai, memaafkan semampu-mampunya manusia bisa memaafkan dan mencintai.

Inilah kesaksianku.

Solo, 26 Februari 2007

Tidak ada komentar: