Senin, 05 November 2007

PERINGATAN ARWAH

MENGAPA KITA MENDOAKAN ARWAH?

Tiap kali terjadi kematian massal, akibat bencana alam misalnya, bisa dipasatikan banyak jiwa yang sebenarnya tidak siap untuk MATI. Kehidupan yang mereka jalani tiba-tiba sirna. Bagi orang yang beriman Katolik, saat kematian itu adalah saat yang ditunggu-tunggu karena itu merupakan saat dimulainya hidup kekal bersatu dengan Allah. Tetapi bagaimana kalau jiwa mereka memang belum siap? Apa yang akan terjadi setelah kematian tanpa menerima Sakramen Minyak Suci terlebih dahulu? Selamatkah jiwa mereka?

Ajaran Gereja :

Dengan baptis kita dimasukkan sebagai satu kesatuan dengan Gereja dan para Kudus di surga, dengan orang-orang Kristen yang sudah mendahului kita bersatu dalam keluarga kudus di surga. Dengan baptis kita memperoleh jaminan keselamatan. Boleh dikatakan kita sudah masuk dalam daftar penghuni surga. Oleh karena itu mestinya orang Katolik kalau sudah mati hanya ada dua kemungkinan : 1) masuk surga, langsung bersatu dengan Allah jika hidupnya di dunia sungguh-sungguh suci; 2) masuk ke purgatorio, api penyucian ( bukan pencucian / api tidak bisa mencuci ). Neraka hanya untuk orang yang tidak beriman ( atau hidup sama sekali tidak seperti orang yang punya iman ).

Orang Kristen itu bukan berbuat baik untuk/agar bisa naik surga ( nabung kebaikan agar ndapat pahala ). Perbuatan baik atau hidup yang baik di dunia ini bagi orang Kristen adalah kesaksian sebagai orang beriman yang sudah memperoleh keselamatan. Perbuatan baik itu adalah berlimpahnya kasih yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Keselamatan itu sungguh merupakan anugerah bukan hasil usaha manusia. Anugerah yang amat sangat besar itu ( hidup kekal, kebahagiaan kekal ) berbuah kebaikan yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Tuhan yang pertama bertindak menyelamatkan. Tanggapan atas tawaran keselamatan itu adalah IMAN. Dibaptis adalah titik di mana kita dimeteraikan oleh keselamatan. Janji babtis adalah janji untuk mewujudkan kelimpahan keselamatan itu dalam hidup. Saat MATI adalah saat kepenuhan misteri penyelamatan itu di mana kita meninggalkan yang duniawi dan bersatu dengan Allah. Orang beriman tidak takut MATI, karena itu adalah saat yang dinanti nantikan untuk menggenapi janji keselamatan.

Bagaimana jika dalam hidup di dunia ini orang Kristen berdosa? Hidupnya tidak suci? Meskipun sudah memohon maaf dan pengampunan serta dimaafkan apakah jiwanya bisa langsung bersatu dengan Allah di surga? Bagaimana dengan denda-denda dosa dan perbuatan silih atas dosa-dosa? Apakah orang yang sudah mati bisa menjalani perbuatan silih atas dosa-dosa?

Mengapa perlu didoakan – mendoakan ?

Mengapa Gereja mendoakan orang yang sudah mati? Apakah arwah orang yang sudah mati itu tidak dapat berdoa? Apa para kudus di surga tidak bisa mendoakan? Mengapa kita minta doa kepada para Kudus di surga?

Kita mendoakan orang yang sudah mati bukan untuk memohonkan pengampunan. Yang memohon ampun adalah orang yang melakukan dosa itu sendiri. Kita mendoakan agar mereka memperolah kerahiman Allah dan dibebaskan dari api penyucian. Meskipun sudah diampuni, orang tetap harus menjalani denda dosa dan perbuatan silih. Orang yang sudah mati tidak bisa menjalani perbuatan silih dan denda dosa karena mereka sudah tidak memiliki tubuh untuk mewujudkannya. Kita yang masih memiliki tubuh, pikiran, dan kehendak, mendoakan mereka agar mereka segera terbebas dari api penyucian dan bisa bersatu dengan Allah di surga. Doa-doa kita itulah boleh dikatakan sebagai silih atas dosa-dosa mereka. Perbuatan ini adalah wujud saling dukung-mendukung bagi mereka yang sudah meninggal karena kita adalah satu kesatuan Gereja. Mereka yang masih di api penyucian membutuhkan pertolongan kita yang masih ada di dunia ini untuk menjalani perbuatan silih atas dosa-dosa. Itu bisa berupa, misalnya, doa novena, doa Bapa Kami dan Salam Maria, doa mohon kerahiman Ilahi bagi jiwa-jiwa di api penyucian.

Doa-doa kita itu tidak hanya untuk pribadi-pribadi tertentu yang kita kenal saja. Banyak sekali jiwa-jiwa di api penyucian yang sudah antri minta didoakan, dimohonkan kerahiman Ilahi agar segera terbebas dari api penyucian.

Bagaimana supaya bisa terbebas dari “siksaan” api penyucian?

  1. Jangan punya dendam. Sebelum mati harus sudah bersih hati dan jiwa dari segala macam dendam. Apa yang terikat di dunia akan terikat di akhirat. Banyak jiwa-jiwa yang sulit sekali lepas dari api penyucian karena sampai detik mereka meninggalkan dunia fana (mati) masih menyimpan dendam di dalam hatinya. Ketika sudah mati jiwanya sudah tidak bisa melepaskannya sendiri. Oleh karena itu butuh pertolongan dari mereka yang masih ada di dunia ini dan bisa mendoakan mereka.
  1. Banyak berdoa untuk para arwah yang sangat membutuhkan bantuan doa dari yang masih hidup di dunia. Berdoa bagi para arwah adalah wujud kasih persaudaraan kita sebagai satu Gereja. Tolong-menolong agar kita semua dapat bersatu dalam Kerajaan Allah di Surga.
  1. Sesering mungkin bersatu dengan Kristus melalui sakramen Maha Kudus. Ikut misa sebanyak mungkin. Kesatuan dengan Tubuh Kristus ini boleh dikatakan sebagai latihan untuk selalu bersatu dengan Allah di surga. Orang yang bersatu dengan Tubuh Kristus mestinya dalam hidupnya akan selalu memancarkan kasih Allah yang terwujud dalam tindakan sehari-hari.

Kesimpulan :

Bagi orang beriman kematian bukan untuk diratapi dan menyebabkan kehilangan harapan. Kematian adalah awal dari kehidupan baru, hidup dalam keselamatan ALLAH. Seharusnya orang beriman tidak takut mati.

Kenyataan bahwa banyak orang beriman semasa hidupnya berlumuran dengan dosa-dosa dan pada saat mati belum menjalani denda dan perbuatan silih atas dosa-dosanya, maka jiwa-jiwa mereka masuk dalam api penyucian. Mereka itu membutuhkan pertolongan agar bisa segera bebas dari api penyucian.

Orang Kristen harus selalu berjaga-jaga karena kematian dapat datang setiap saat yang kita tidak tahu. Akan tetapi sebagai orang yang beriman, kita percara bahwa keselamatan sudah pasti diberikan kepada kita. Sebelum mati sedapat mungkin orang Kristen menerima sakramen minyak suci sebagai persiapan bersatu dengan Allah. Jangan sampai mati tanpa sempat bertobat.

Maka dalam setiap doa Salam Maria, kita mohon agar didoakan sampai detik kita mati pun kita tetap terjaga dan sempat bertobat dan mohon ampun atas dosa-dosa kita.

Berdoalah bagi jiwa-jiwa mereka yang menjadi korban gempa !

Surakarta, 30 Mei 2006 Sunandar



1 komentar:

Mimie mengatakan...

Tulisan anda menginspirasi saya, saya memang harus banyak belajar. Terima kasih.